Sunday, January 13, 2013

Manfaatkan Sekolah Eks-RSBI

AppId is over the quota
KOMPAS.com/Vitalis Yogi Trisna Puluhan orangtua murid melakukan unjuk rasa di kawasan Bunderan Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Kamis (21/6/2012). Mereka menolak keberadaan sekolah dengan label Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) karena biaya yang terlalu mahal.

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah harus serius memikirkan strategi untuk mengembangkan sekolah eks-RSBI yang memang dulunya sekolah-sekolah unggulan di seluruh Indonesia.

Layanan pendidikan di sekolah eks-RSBI bisa jadi model proses pembelajaran bermutu yang perlu dikembangkan ke sekolah-sekolah lainnya.

"Kegagalan sekolah RSBI itu kan karena buah kebijakan pemerintah yang sering keliru. Agar dana negara tidak mubazir akibat pengembangan RSBI selama ini, sekolah eks-RSBI bisa dijadikan model atau sekolah percontohan untuk pendidikan berkualitas di daerah," kata HAR Tilaar, Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta yang ditemui dalam acara Dies Natalis Ke-15 Universitas Paramadina di Jakarta, Kamis (10/1/2013).

Menurut Tilaar, pemerintah tetap bisa memberikan perhatian khusus, termasuk pengucuran dana untuk sekolah eks-RSBI ini. Tetapi sekolah ini ditugasi untuk membina sekolah-sekolah di sekitarnya atau di daerahnya, sehingga layanan pendidikan bermutu yang didambakan masyarakat bisa tersebar ke banyak sekolah.

"Kalau selama ini kan, fokus pemerintah selalu mengistimewakan RSBI," ujar Tilaar.

Menurut Tilaar, kebijakan pendidikan nasional terkait pengembangan mutu yang dilaksanakan pemerintah gagal karena tidak tepat mengatasi akar persoalan pendidikan di Tanah Air.

"Saya baru pulang dari Universitas Harvard, dan berdiskusi soal kemajuan pendidikan di Finlandia. Kunci utamanya bukan mengubah kurikulum seperti yang dilakukan Pemerintah Indonesia selama ini atau lewat kebijakan RSBI," ujar Tilaar 

Reformasi pendidikan di Finlandia 40 tahun lalu, lanjut Tilaar, justru dimulai dengan membenahi lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK) sebagai kampus penghasil guru.

Dampaknya, guru-guru yang dihasilkan mumpuni sehingga siap mengembangkan pendidikan bermutu yang mengembangkan potensi tiap anak, bahkan tanpa ada ujian nasional. 

No comments:

Post a Comment